MAKALAH REMAJA DAN PERMASALAHANNYA
5. Perasaan tidak berdaya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Remaja
adalah masa peralihan diri anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi berbagai
macam perubahan yang cukup bermakna baik secara fisik, biologis, mental dan
emosional serta psikososial. Kesemuanya ini dapat mempengaruhi kehidupan
pribadi, lingkungan keluarga maupun masyarakat. Ketidak siapan remaja dalam
menghadapi perubahan tersebut dapat menimbulkan berbagai perilaku menyimpang
seperti : kenakalan remaja, penyalahgunaan obat terlarang, penyaki menular
seksual (PMS) dan HIV / AIDS, kehamialn yang tidak diinginkan, Aborsi dan
sebagainya.
Untuk
mendukung agar remaja berperilaku reproduksi secara sehat dan bertanggung jawab
maka mereka perlu di beri pengetahuan dan informasi tentang kesehatan
reproduksi. Informasi tersebut dimaksud untuk mengimbangi informasi global yang
dapat mengancam terwujudnya generasi muda yang sehat, mandiri dan berkualitas.
B. Rumusan Masalah
Dalam rumusan masalah ini akan
dibahas tentang perilaku remaja, kesehatan reproduksi ( KR ), yang secara umum
difenisikan sebagai kondisi sehat dari sistem, fungsi dan proses alat
reproduksi yang kita miliki, pengertian sehat tersebut tidak semata bearti
bebas penyakit atau bebas dari kecacatan
namun juga sehat secara mental serta sosial-kultural.
Adapun beberapa rumusan masalah tersebut antara lain:
a.
Definisi Remaja
b.
Karakteristik remaja
c.
Fase Pertumbuhan Remaja
d.
Remaja dan permasalahannya
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan makalah ini adalah sebagai
rangkuman dari sisi kehidupan remaja dan permasalahannya yang tersusun dalam
bentuk sebuah makalah dan juga sebagai acuan tugas sekolah pelajaran Bahasa
Indonesia.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Definisi Remaja
Remaja
berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Remaja sebenarnya
tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi
tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam
Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau
peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki
status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja
adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung
antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai
dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja
adalah: masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini
anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun
cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal
senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene)
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia
remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun
= masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun
= masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa
remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja
awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja
akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)
Definisi yang dipaparkan oleh Sri
Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan
bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa
dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi
proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
B. Karakteristik Remaja
Karakteristik
pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup perubahan transisi biologis,
transisi kognitif, dan transisi sosial akan dipaparkan di bawah ini:
- Transisi Biologis
Menurut Santrock (2003: 91) perubahan fisik yang terjadi pada remaja
terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat
badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar
pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan
menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat
reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki)
dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarlito Wirawan Sarwono, 2006:
52).
Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79)
menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu;
perertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan
menjadi panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di
kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya,
bulu kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi antara lain;
pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh bulu kemaluan
yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi
(keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan
mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah
(kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut
diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada.
Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitary
dan kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing
menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas serta
pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung
Hartono, 2002: 94)
2.
Transisi Kognitif
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan
sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam
perkembangan kognitif remaja.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran
opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja berpikir
lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan
persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti
memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja
berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai
rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan
yang terpikirkan.
3. Transisi Sosial
Perkembangan sosial anak telah
dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa
remaja. Hubungan sosial anak pertama-tama masing sangat terbatas dengan orang
tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan berkembang semakin
meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman sejenis maupun
lain jenis (dalam Rita Eka Izzaty dkk, (2008: 139).
C. Fase Pertumbuhan Remaja
1. Masa pra-pubertas (12 -
13 tahun)
Masa ini disebut
juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak
perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa
ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon
seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ
reproduksi remaja. Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat
pesat jga terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung
bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan
dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai
menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai
"hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala
yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan
kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada
masa ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya,
lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya
sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan.
Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang
bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka
juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan
tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak
beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan
sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok
sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya.
Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama
keluarga berkunjung ke rumah saudara.
Tapi,
pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap
sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada
saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan
psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya
dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja,
meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu
adalah masalah yang sangat-sangat berat.
2. Masa pubertas (14 - 16
tahun)
Masa ini disebut
juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja
sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu
menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja
menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu
pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja
wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja
pris ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa
bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta
memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini
gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal
pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan
lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping itu,
remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual.
Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan
seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap
kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria.
Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan
kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya
sendiri.
3. Masa akhir pubertas (17
- 18 tahun)
Pada masa ini,
remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima
kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena
tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat
singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja
pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan
remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai
sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
4. Periode remaja Adolesen
(19 - 21 tahun)
Pada periode ini
umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi,
maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan
mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka
mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya
terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya,
bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol
akan terlihat jelas pada fase ini.
D. Remaja dan Permasalahannya
Masalah
remaja sebagai usia bermasalah. Setiap periode hidup manusia punya masalahnya tersendiri,
termasuk periode remaja. Remaja seringkali sulit mengatasi masalah mereka. Ada
dua alasan hal itu terjadi, yaitu : pertama; ketika masih anak-anak, seluruh
masalah mereka selalu diatasi oleh orang-orang dewasa. Hal inilah yang membuat
remaja tidak mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah. Kedua; karena
remaja merasa dirinya telah mandiri, maka mereka mempunyai gengsi dan menolak
bantuan dan orang dewasa.
Remaja pada umunya mengalami bahwa pencarian jati diri atau keutuhan diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan-perubahan sosial, fisiologi dan psikologis di dalam diri mereka maupun di tengah masyarakat tempat mereka hidup. Perubahan-perubahan ini dipergencar dalam masyarakat kita yang semakin kompleks dan berteknologi modern.
Remaja pada umunya mengalami bahwa pencarian jati diri atau keutuhan diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan-perubahan sosial, fisiologi dan psikologis di dalam diri mereka maupun di tengah masyarakat tempat mereka hidup. Perubahan-perubahan ini dipergencar dalam masyarakat kita yang semakin kompleks dan berteknologi modern.
Adapun
masalah yang dihadapi remaja masa kini antara lain :
1.
Kebutuhan akan
figur teladan
Remaja
jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang berlangsung dan
keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar nasehat-nasehat bagus yang
tinggal hanya kata-kata indah
2.
Sikap Apatis
Sikap apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu
dan pada saat yang bersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap
apatis ini terwujud di dalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di
masyarakatnya.
3. Kecemasan
dan kurangnya harga diri
Kata stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan
remaja. Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk
“pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman keras, obat penenang, seks dan lainnya).
4. Ketidakmampuan untuk melibatkan diri
Kecenderungan
untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat para
remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan
pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung
rugi atau malahan dengan uang.
5. Perasaan tidak berdaya
Perasaan
tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin menguasai gaya
hidup dan pola berpikir masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau menciptakan
masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk berpikir tentang keselamatan diri
kita di tengah-tengah masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”,
misalnya menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik
atau ijazah
6. Pemujaan akan pengalaman
Sebagian besar tindakan-tindakan
negatif anak muda dengan minumam keras, obat-obatan dan seks pada mulanya
berawal dan hanya mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini
memberikan pandangan yagn keliru tentang pengalaman.
Bentuk-bentuk dan perbuatan yang anti sosial
antara lain:
a. Anak-anak muda yang berasal dan
golongan orang kaya yang biasanya memakain pakaian yang mewah, hidup hura-hura
dengan pergi ke diskotik merupakan gaya hidup mewah yang tidak selaras dengan
kebiasaan adat timur.
b. Di sekolah, misalnya dengan melanggar tata tertib sekolah
seperti bolos, terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan tugas dan lain
sebagainya.
c. Ngebut, yaitu
mengendarai mobil atau motor ditengah-tengah keramaian kota dengan kecepatan
yang melampaui batas maksimum yang dilakukan oleh para pemuda belasan tahun.
d. Membentuk kelompok (genk-genk) remaja yang tingkah lakunya
sangat menyimpang dengan norma yang berlaku di masyarakat, seperti tawuran
antar kelompok.
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Masa
kanak-kanak, remaja, dewasa dan kemudian menjadi orangtua tidak lebih hanyalah
merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap
pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan
memiliki ciri-ciri tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap
sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering
menimbulkan kekuatiran bagi para orangtua. Masa remaja sering menjadi
pembahasan dalam banyak seminar. Padahal bagi remaja, masa ini adalah masa yang
paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh karena itu, para orangtua hendaknya lebih
memperhatikan kehidupan remaja agar tidak terjerumus kedalam hal-hak yang tidak
diinginkan, dan membawa masa depan remaja kearah yang lebih baik, disamping itu
peran serta Pemerintah, LSM, Pemuka Masyarakat serta remaja itu sendiri sangat
di perlukan.
B. SARAN - SARAN
Adapun Saran
Penulis kepada teman-teman seremaja antara lain :
Ø Berbagi
rasa dengan orangtua atau orang yang dituakan di rumah
Ø Carilah
seorang sahabat terbaik.
Ø Tingkatkan
rasa percaya diri dan katakana tidak pada hal-hal negatif.
Ø Bergaullah
dalam kelompok atau bentuklah kelompok dengan aktifitas positif
Ø Jagalah
Kesehatan Fisikmu sedini mungkin dan secara terus-menerus